Diare merupakan salah satu penyebab kematian bayi tertinggi
di Indonesia.
Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian bayi dengan
persentase mencapai 31,4%. Sebesar 25% di antaranya adalah balita berumur 1-4
tahun akibat diare yang berujung kepada kondisi dehidrasi.
Diare pada bayi dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari
infeksi usus hingga perubahan pola makan, antara lain:
Infeksi
parasit, bakteri, atau virus. Bayi dan balita yang banyak menyentuh benda yang
belum tentu bersih akan rentan terinfeksi karena sering memasukkan
tangannya yang kotor ke mulut. Selain itu, kekebalan tubuh mereka yang masih
dalam tahap berkembang juga membuat mereka lebih rentan tertular penyakit
Keracunan
makanan
Terlalu
banyak mengonsumsi jus buah
Alergi
terhadap obat-obatan tertentu
Alergi
terhadap makanan tertentu
Bayi yang sudah bisa mencerna makanan padat dan sedang
mengalami diare sebaiknya untuk sementara menjauhi makanan yang berminyak, yang
berserat tinggi, yang manis seperti kue dan produk-produk susu. Ini karena jenis
makanan tersebut dapat memperburuk gejala diare mereka.
Cara terbaik untuk mendeteksi penyakit ini adalah dengan
melihat perubahan warna dan bentuk tinja bayi sedini mungkin. Tinja bayi
umumnya berubah warna, bau, dan tekstur sesuai dengan bahan makanan yang
dikonsumsi. Tinja yang berubah menjadi lebih encer, lebih banyak, atau
frekuensinya lebih sering adalah gejala utama diare.
Namun hati-hati dalam membedakannya dengan bayi yang
mengonsumsi air susu ibu (ASI) yang umumnya juga memproduksi tinja yang lebih
cair. Sebaliknya, tinja yang berbentuk bulatan-bulatan kecil menjadi indikasi
kondisi konstipasi.
Berikut ini adalah warna tinja yang dapat menjadi panduan
mendeteksi kondisi bayi :
Cokelat
muda : umumnya ditemukan pada bayi yang mengonsumsi susu formula.
Hijau
kehitaman : disebut juga mekonium, merupakan tinja yang muncul ketikabayi baru
lahir.
Hijau
kecokelatan : warna tinja bayi yang setelah lahir mengonsumsi ASI.
Kuning
kehijauan : warna tinja bayi kira-kira lima hari setelah lahir.
Warna
lain : tinja bayi akan berwarna cokelat pekat jika sudah mengonsumsi makanan
padat. Warna ini akan berubah sesuai dengan jenis makanan yang dikonsumsinya.
Jika bayi Anda berusia kurang dari enam bulan dan mengalami
diare, periksakan ke dokter, terutama jika mengalami gejala-gejala seperti
berikut ini :
Mengalami muntah-muntah
Terlihat
lesu
Tinja
berwarna hitam, atau merah karena mengandung darah
Terdapat
nanah pada tinja bayi
Sakit
perut
Demam
di atas 39°C
Saat bayi diare, keseimbangan air dan garam (elektrolit) di
dalam tubuhnya terganggu. Kondisi ini dapat memicu dehidrasi yang dapat
mengancam nyawa, terutama pada bayi yang baru lahir.
Terdapat beberapa gejala dehidrasi pada bayi yang patut
dikenali dengan jelas :
Kondisi
mulutnya yang kering
Tidak
ada air mata yang keluar saat menangis
Buang
air kecil lebih sedikit dibandingkan biasanya
Kulitnya
yang terasa lebih kering
Setiap orang tua perlu mewaspadai terjadinya dehidrasi pada
bayi yang sedang diare karena dehidrasi dapat dengan cepat memperburuk kondisi
tubuh bayi.
Untuk mencegah kondisi bertambah buruk, ada beberapa hal
yang dapat Anda lakukan untuk menangani dehidrasi pada bayi :
Anda
perlu terus memberikan ASI untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuhnya.
Encerkan
atau tambahkan air pada susu formula jika bayi tidak mengonsumsi ASI. Jika
memungkinkan, ganti susu formula dengan susu bebas laktosa hingga
diarenya berhenti. Tubuh bayi lebih sulit mencerna laktosa, sehingga dapat
memperburuk diare.
Hindari
memberikan jus atau minuman berkarbonasi.
Berikan
oralit secara teratur bersamaan dengan
makanan bayi (ASI, susu formula dicampur air, atau makanan pendamping).
Kondisikan
ruangannya selalu sejuk dan jauhkan bayi dari paparan sinar matahari agar tidak
berkeringat secara berlebihan.
Segera bawa ke rumah sakit jika kondisinya memburuk.
Terutama bagi bayi yang mengalami diare, pada umumnya perlu
dirawat di rumah sakit menggunakan infus. Dokter kemungkinan akan memberikan
antibiotik atau obat anti-parasit untuk menangani infeksi bakteri atau parasit.
Oralit mungkin juga turut diberikan. Oralit adalah cairan yang mengandung
elektrolit-elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Berikut ini adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat
dilakukan untukmencegah diare :
Mencuci
tangan bayi atau balita secara rutin, terutama setelah bermain.
Orang
dewasa yang merawat bayi atau balita juga perlu menjaga kebersihannya agar
tidak menularkan mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada bayi.
Jaga
agar lantai dan benda-benda yang dipegang bayi atau balita Anda selalu bersih.
Jika
bayi mengonsumsi ASI perah atau susu formula, selalu pastikan kebersihan
dan kesterilan botol yang digunakan.
Perhatikan
kebersihan makanan dan minuman yang diberikan pada bayi dan balita. Hindari
memberikan makanan yang biasa dikonsumsi orang dewasa.
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar